Minggu, 20 November 2011

PROPOSAL PENELITIAN


TOPIK
Sistem Informasi Penjualan Tiket

JUDUL
Sistem Informasi Penjualan Tiket Maskapai Penerbangan BATAVIA AIR

LATAR BELAKANG
Di Indonesia, beberapa tahun terakhir ini sejak mulai dicanangkannya Visit Indonesia Year pada tahun 1991, mulai banyak bermunculan maskapai – maskapai penerbangan di Indonesia.
Penggunaan transportasi udara di Indonesia saat ini mulai meningkat dan membuat pihak maskapai penerbangan membutuhakn perusahaan jasa travel dalam penjualan tiket penerbangan mereka. Untuk sebuah biro jasa travel membutuhkn program aplikasi dalam penjualan tiketnya yang terhubung langsung dengan perusahan penerbangan. Selain untuk mempercepat daya kerja karyawannya dalam melayani pelanggan, tentunya mempermudah bagi mereka untuk pembukuan di akhir periode (baik dalam harian, mingguan, bulanan maupun tahunan).
Oleh sebab itu, dengan ini saya mengajukan proposal penelitian untuk meneliti bagaimana sistem informasi penjualan tiket yang dilakukan oleh pihak penerbangan BATAVIA AIR yang bekerja sama dengan beberapa biro perjalanan yang ada di Indonesia.

PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.  Bagaimana sistem informasi yang dibangun dapat menjawab kebutuhan informasi yang berkenaan dengan pendataan calon penumpang?
2.  Bagaimana sistem informasi menyajikan laporan statistik yang berkenaan dengan pertumbuhan jumlah penumpang?

BATASAN MASALAH
1.      Sistem informasi dibangun berdasarkan pengelolaan dan manajemen perusahaaan maskapai penerbangan

TUJUAN PENELITIAN
1.      Membangun sistem informasi yang dapat diimplementasikan di perusahaan maskapai penerbangan yang memiliki aturan dan manajemen yang berlaku pada perusahaan tersebut.
Membangun sistem informasi yang dapat digunakan oleh perusahaan dengan mempertimbangkan kemampuan lembaga dan sumber daya manusianya


LANDASAN TEORI
Saat ini, pengguna transportasi udara di Indonesia meningkat. Pemesanan tiket pun dilakukan dari jauh – jauh hari sebelum keberangkatan, apalagi saat musim liburan. Hal tersebut merupakan hal yang sangat dinantikan oleh perusahaan penerbangan karena produk mereka laku. Tetapi, dari perusahaan penerbangan pun tidak bisa melayani semuanya di loket tiket pada setiap bandara. Oleh sebab itu, mereka sangat membutuhkan beberapa jasa travel untuk penjualan tiket mereka.
Setiap perusahaan penerbangan pasti bekerja sama dengan jasa travel dan mereka membutuhkan sebuah aplikasi demi memudahkan mereka dalam melayani permintaan customer.
Dari semua sistem informasi yang akan mereka butuhkan dalam penjualan tiket penerbangan mereka kepada costumer, seperti aplikasi penjualan tiket dan lain sebagainya. Oleh karena itu kami bermaksud akan meneliti sistem  informasi apa saja yang akan digunakan oleh perusahaan penerbangan.

OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah perusahaan penerbangan BATAVIA AIR.

RENCANA BIAYA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada universitas gunadarma, maka semua biaya penelitian ditanggung oleh penulis.

JADWAL WAKTU PENELITIAN
1.   Minggu I              : Persiapan.
2.   Minggu II – IV      : Pengumpulan data, pengolahan dan analisis data secara garis besar.
3.   Minggu V – IX      : Penyusunan laporan draf, mulai dari BAB I sampai dengan BAB V
4.   Minggu X – XII     : Laporan akhir

Sabtu, 19 November 2011

INDONESIA MASUK FINAL MELAWAN MALAYSIA

Sudah dipastikan Indonesia lolos ke babak Final dalam SEA GAMES 26th setelah mengalahkan Vietnam 2-0 Sabtu Malam kemarin. Tendangan kaki kiri dari Patrich W. dan Titus Bonai ini akhirnya membawa Indonesia berhasil lolos ke babak Final.
Lawan Indonesia pada final nanti dipastikan akan melawan Malaysia yang dimana seblumnya pada Sabtu sore, Malaysia berhasil mengalahkan Myanmar 1-0.
Pada babak kualifikasi Grup A, Indonesia bertemu dengan Malaysia dan kalah 0-1 atas Malaysia. Tapi Masyarakat mengharapkan Tim "Garuda Muda" bisa memenangkan pertandingan dan menyumbang Medali Emas untuk Indonesia.
Rahmad Dermawan atau biasa dipanggal RD ini meminta kepada media massa agar tidak berlebihan dalam mengekspos berita kemenangan Sabtu malam kemarin karena itu masih belum hasil akhir.

Sabtu, 12 November 2011

Indonesia Memimpin Sementara Perolehan Medali dalam SEA GAMES 26th

Indonesia hingga hari ini masih memuncaki klasemen sementara perolehan medali SEA Games XXVI. Tim Merah Putih sukses mengantongi 23 medali emas, 15 perak, dan 9 perunggu. Posisi kedua kini ditempati Singapura dengan raihan 8 emas, 7 perak, dan 8 perunggu.

Kita berharap para atlit -atlit kita bisa membawa lebih banyak lagi medali emas untuk mengharumkan nama bangsa...

INDONESIA "GILAS HABIS" KAMBOJA 6-0

 Senin (7/11) dalam penampilan perdana di laga lanjutan Grup A SEA Games XXVI cabang sepak bola, Timnas asuhan Rahmad Darmawan ini langsung melancarkan serangan terhadap Kamboja. Beberapa kali pergerakan cepat Ferdinand Sinaga, Titus Bonai dan Okto Maniani membuat repot barisan pertahanan Kamboja. Keasyikan menyerang membuat gawang timnas yang dikawal Kurnia Mega bobol oleh tim tamu. Sayang gol dianulir wasit karena terlebih dahulu offside.
Hingga kebuntuan pecah oleh tandukan Titus Bonai menit ke-27 usai memanfaatkan umpan silang Stevie Bonsapia. Timnas semakin termotivasi untuk memaksimalkan permainan. Hasilnya dua menit kemudian tendangan bebas Patrich Wanggai di sisi kiri pertahanan Kamboja berhasil menggandakan kedudukan menjadi 2-0. Blunder kiper Kamboja menit ke-37 membuat Bek Gunawan Dwi Cahyo bebas menyundul bola yang bebas masuk ke gawang.
Terpacu oleh gol ketiga yang masuk, tim tamu berani keluar menyerang, yang membuat celah pada pertahanan. Hasilnya sebuah umpan dari kiri oleh Ferdinand Sinaga disambar oleh Okto Maniani. Bola yang sempat mengenai bek Kamboja berhasil diumpan Okto ketiang jauh gawang sebelah kiri, dimana Patrich Wanggai mencetak gol keduanya menit ke-40. Babak pertama berakhir 4-0 untuk Indonesia.
Seluruh pasang mata di nusantara pun tercengang oleh buruknya pertahanan timnas pada awal menit pertama babak kedua. Beberapa kali barisan pertahanan Indonesia membuat kecerobohan yang dimanfaatkan dengan tekanan dari Kamboja langsung ke depan gawang timnas. Kiper timnas Kurnia Mega tercatat melakukan beberapa kali penyelamatan gemilang. Setelahnya praktis timnas menguasai jalannya pertandingan.
Masuknya Andik Vermansyah dan Ramdani Lestaluhu pun terus membuat daya gedor Timnas semakin tajam. Hasilnya menit ke-81 tendangan keras Andik berhasil menembus gawang Kamboja dan memperlebar kedudukan menjadi 5-0. Gol ini pun menutup perjuangan Kamboja yang merosot mental bertandingnya.
Akhirnya poin penuh untuk timnas Indonesia ditutup oleh gol Ramdani Lestaluhu menit ke-84 hasil penetrasi Andik di jantung pertahanan lawan. Indonesia menang 6-0 atas Kamboja dan menempati puncak klasemen sementara grup A, unggul dua poin dari Malaysia dan Singapura yang bermain imbang sebelumnya.

sumber : http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/91/news/111107221950/limit/0/Sea-Games-2011--Indonesia-vs-Kamboja-6-0.html

KARANGAN

1.1             Penegrtian mengarang dan karangan

Mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alenia untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga).
Karangan menurut hemat penulis adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan.

1.2             Penggolongan karangan menurut bobot isinya

1.2.1  Karangan Ilmiah, Semiilmiah, dan Nonilmiah

Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu (1) Karangan ilmiah, (2) Karangan semiilmiah atau ilmiah popular, dan (3) Karangan nonilmiah. Yang tergolong karangan ilmiah  antara lain adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong ke dalam karangan semiilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feature, tips, reportase; dan yang tergolong ke dalam karangan nonilmiah antara lain anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Ketiga jenis karangan tersebut diatas memiliki karakteristik yang berbeda. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku.

1.2.2  Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah

Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintetis-analitis.

Ada tiga cirri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Factual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, bahasa ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (Ambigu).

Selain persyaratan kebahasaan, sebuah tulisan ilmiah menuntut adanya persyaratan material dan persyaratan formal. Persyratan material mencakup adanya topic yang dibicarakan, tema yang menjadi tujuan atau sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan.

Tata bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan, yaitu (1) halaman-halaman awal (Preliminaries) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (Daftar isis, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) isi utama (Main body) yang meliputi pendahuluan, isi, penutup; dan (3) (halaman-halaman akhir (Reference matter) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis.

1.3             Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Tujuan Penyampaiannya

Berdasarkan cara penyajiannya dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakann atas enam jenis, yaitu

1.      Deskripsi (Pelikisan)
2.      Narasi (Pengisahan)
3.      Eksposisi (Pemaparan)
4.      Argumentasi (Pembahasan)
5.      Persuasi (Pengajakan)
6.      Campuran (Kombinasi)
Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi; sedangakan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan laim.
Dalam karangan ilmiah banyak ditemukan bentuk karangan kombinasi. Sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tiga jenis karangan.
Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan sementara, yaitu ada tiga yaitu karangan (narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang utuh berdiri sendiri. Karangan ilmiah pada umumnya berbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.

Senin, 17 Oktober 2011

BENTUK DAN MAKNA

Suatu bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara suatu bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentuk morfem, kata, kalimat, dan alinea.

            Satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksud penyataan dapat mempengaruhi makna dalam hal ini adalah kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru.
Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang : satu sama lainya saling melengkapi. Bentuk yang tidak mempunyai makna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak akan mendapat tempat dalam tatanam satuan bentuk bahasa.

1.                Fonem

Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf aalah lambing bunyi atau lambing fenom. Yang membedakan arti kata jahit dan jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan dengan huruf I dan bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a. Bunyi /i/ dan /a/ disebut fenom /i/ dan fenom /a/.

         Apakah fenom sama denagn huruf ? Tentukan saja tidak. Frnom adalah bunyi dari huruf adalah lambing dari bunyi. Jumlah huruf ada 26 ,  jumlah fenom lebih dari 26. Di samaping bunyi ke-26 huruf  dalam abjad (fenom /a/ sampai ke fenom /z/ juga ada fenom /kh/, /ng/, /ny/ dan /sy/. Jadi, ada fenom yang dilambangkan lebih dari satu fenom.

2.                Morfem

Morfem adalah suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, -bawa).

Contoh :

Morfen –an, -di, me-, ter, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata makan.

Menurut bentuk dan maknanya, morfem dapat dibedakan atas dua macam.

1)      Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.

2)      Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat.


3.                Kata

Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna) Kesatuan yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem atau gabungan huruf dengan morfem.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermorfem tunggal dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermofer tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan.

Contoh : Ruamh (kata dasar) menjadi Perumahan (kata turunan).

Secara tradisional pembagian kelas/jenis kata di dalam bahasa – bahasa yang terbesar didunia, termasuk bahasa Indonesia, umumnya terdiri atas sepuluh jenis kata, yaitu :

1.      Kata benda (nomina)
2.      Kata kerja (verba)
3.      Kata sifat (adjektiva)
4.      Kata ganti (pronominal)
5.      Kata keterangan (adverbia)
6.      Kata bilangan (numeralia)
7.      Kata sambung (konjungsi)
8.      Kata sandang (artikel)
9.      Kata seru (interjeksi)
10.  Kata depan (preposisi)

Sementara itu, ilmu bahasa termasuk morfologi, terus berkembang. Pembagian kelas kata bahasa Indonesia yang paling mutakir adalah yang diajukan oleh Tim Depdikbud RI yang terdapat di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi perdana 1988). Di dalam buku itu, Moeliono, dkk. Mengelompokan kata ke dalam lima jenis, yaitu :

1.      Verba (Kata Kerja)
2.      Adjektiva (Kata Sifat)
3.      Adverbia (Kata Keterangan)
4.      Rumpun Kata Benda, yang beranggotakan
a.       Nomina (Kata Benda/Kata Nama)
b.      Pronomina (Kata Ganti)
c.       Numeralia (Kata Bilangan)
5.      Rumpun Kata Tugas, yang beranggotakan
a.       Preposisi (Kata Depan)
b.      Konjungsi (Kata Sambung)
c.       Interjeksi (Kata Seru)
d.      Artikel (Kata Sambung)
e.       Partikel


3.1        Kata Kerja (Verba)

           Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Bentuk kata kerja ada dua macam : (1) Kata kerja asal, yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri di dalam kalimat tanpa bantuan afiks : misalnya tulis, pergi, bicara, lihat. (2) Kata kerja turunan, yaitu kata kerja yang mempunyai afiks, misalnya : menulis, berpergian, berbicara, melihat. Ada pula bentuk kata kerja atau verba yang lain, di antaranya :

a)      Verba reduplikasi atau verba berulang dengan atau tanpa pengimbuhan ; misalnya makan – makan, batuk – batuk, berlari – lari, tembak – menembak.
b)      Verbal majemuk, yaitu verba yang berbentuk melalui proses penggabungan kata, namun hasil penggabungan ini bukan idiom ; misalnya terjun payung, temu wicara, siap tempur, tatap muka.
c)      Verba berpreposisi, yaitu verba intransitive yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu ; misalnya tahu akan, berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan, terdiri dari, menyesal atas, tergolong sebagai.


3.2              Kata Sifat (Adjektifa)

        Kata sifat atau adjektifa adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/suatu benda. Umumnya berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelasan subjek. Berdasarkan bentuknya, kata sifat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata sifat berbentuk tunggal, dan (2) kata sifat berimbuhan. Cirri kata sifat berbentuk tunggal adalah sebagai berikut :

(1)   Dapat diberikan keterangan perbanding seperti lebih, kurang, dan paling ; misalnya lebih baik, kurang indah, paling pandai.
(2)   Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu ; misalnya sangat senang, amat luas, mahal benar, sedikit sekali, terlalu berat.
(3)   Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak ; misalnya tidak benar dan tidak sehat.

Kata sifat berbentuk tunggal dapat dipilah dan dihimpun ke dalam lima kelompok, inilah nama kelompok yang dimaksud berserta contohnya:

a)      Keadaan/situasi ; misalnya aman, kacau, tenang, gawat
b)      Warna ; misalnya ungu, hijau, biru, merah.
c)      Ukuran ; misalnya berat, ringan, tinggi,besar.
d)      Perasaan/Sikap ; misalnya malu, sedih, bahagia, heran.
e)      Cerapan/Indra ; misalnya harum, manis, terang, jelas.


3.3              Kata Keterangan (Adverbia)

        Kata keterangan atau adverbial adalah kata yang member keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat saya ingin segera melukis, kata segera adalah adverbial yang menerangkan verba melukis.

        Adverbia sebagai katagori harsu dibedakan dari keterangan sebagai fungsi kalimat. Sebagai contoh, dalam kalimat saya pergi besok, kata besok berkatagori nomina (bukan adverbial), tetapi fungsinya adalah keterangan waktu. Beda halnya dengan kamera digital itu sangat canggih, kata sangat berfungsi sebagai keterangan dan kebetulan juga berkatagori adverbial.

Menurut Alwi dkk. (1998 : 366), keterangan di dalam kalimat ada Sembilan macam, semua keterangan itu diisi oleh beraneka bentuk adverbial seperti tampak dalam contoh di bawah ini.

Contoh :

(1)   Yang menyatakan waktu : sekarang, besok, beberapa hari lagi, pada masa lalu, sejak tahun 1945;
(2)   Yang menyatakan tempat dan arah : di sana, ke kampus, dari bogor, diatas meja, di selatan khatulistiwa ;
(3)   Yang menyatakan tujuan : demi keluarga, untuk mencerdaskan bangsa, bagi tanah air dan Negara;
(4)   Yang menyatakan cara : sekuat – kuatnya, lama – lama, baik – baik, kecil – kecilan, dengan terang – terangan, dengan perhatian penuh ;
(5)   Yang menyatakan penyertaan : dengan karyawan, bersama rakyat, tanpa guru ;
(6)   Yang menyatakan alat : dengan kereta api, dengan sepeda, dengan gunting, dengan kapak merah ;
(7)   Yang menyatakan kemiripan : laksana puteri, bagaikan karang, seperti petinju ;
(8)   Yang menyatakan penyebaban : karena inflasi, karena krisis keuangan, karena cinta ;
(9)   Yang menyatakan kesalingan : satu sama lain ;


3.4           Rumpun Kata Benda (Nomina)

        Kata benda adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak). Ambilah contoh benda yang kita lihat sehari – hari, misalnya benda konkret buku, kunci, kendaraan, pohon, pesawat televisi, nasi ; dan benda abstrak yang kita rasakan, misalnya agama, pengetahuan, kehendak, peraturan, pkiran, nafsu ; maka kita akan mengakui semua itu adalah nama dari suatu benda sesuatu hal. Oleh karna itu, kata benda disebut juga dengan istilah kata nama (nomina).

        Para pakar penyusun buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menempatkan nomina, pronomina, dan numeralia ke dalam satu bab karena sesungguhnyalah ketiga jenis kata itu sama – sama merujuk kepada benda. Karena itu, sangatlah beralasan membentuk rumpun kata benda yang beranggotakan (1) kata benda (nomina), (2) kata ganti (pronominal), (3) kata bilangan (numeralia). Salah satu alasan kuat yang mendukung dimasukkannya pronominal ke dalam rumpun kata benda adalah batasan pronominal persona, yaitu pronominal dipakai untuk mengacu kepada orang. Batasan pronominal persona itu menunjukkan bahwa pronomina memang merujuk pada benda sehingga pronominal sebenarnya kata benda juga.

        Di samping pronominal persona, ada pronominal penanya (apa, siapa, mana, kapan, dst.) yang di pakai untuk menanyakan benda (orang atau barang). Selain itu  juga ada pronominal penyapa Bu, Pak, Dok, Prof, serta pronomina penunjuk umum ini, itu, anu yang juga mengacu kepada benda. Semua itu semakin mempertegas keangotaan pronominal dalam rumpun nomina atau kata benda.

        Hal yang sama juga tampak jika kita memperhatikan eksistensi kata bilangan (numeralia). Seperti yang telah dikutip diatas, batasan numeralia menyuratkan fungsi numeralia untuk menghitung benda. Lebih dari itu, sebenarnya angka – angka, mulai dari nol bahkan minus sampai plus sekian, tidak lain adalah (sesuatu) benda juga.